MAKALAH ILMU
SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
DILEMA ANTARA
KEPENTINGAN INDIVIDU DAN KEPENTINGAN SOSIAL SERTA ALTERNATIF PEMECAHANNYA
NAMA NIM
AMELIA
KHOIDIR 201410140311126
LUTFI DWI LAKSONO 201410140311112
ABID HABIBULLOH 201410140311120
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS
TEKNIK
UNIVERSITAS
MAHAMMADIYAH MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu. Dan berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya pula, kita dapat menyelesaikan makalah Tentang Dilema Antara
Kepentingan Individu dan Masyarakat serta Alternatif Pemecahannya yang
insyaallah tepat pada waktunya.
kami
menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Akhirnya, kritik,
saran, dan masukan yang membangun sangat penulis butuhkan untuk dijadikan
pedoman dalam penulisan ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Malang. 19 Desember 2015
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI
............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah
....................................................................... 2
1.3. Tujuan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial ......................... .... 3
2.2. Interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.............................................. 5
2.3. Dilema Kepentingan Individu dan Sosial ....................................... 10
2.4. Alternatif Pemecahan Masalah...................................
.................... 12
BAB III PENUTUPAN
3.1. Kesimpulan .................................................................................. 14
3.2. Kritik dan Saran
.......................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
2.1
Latar Belakang
Manusia diciptakan
sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu individu dengan
individu lainnya. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya
masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan
potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap
individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing, tidak ada
manusia yang ingin menjadi orang lain sehingga dia akan selalu sadar akan
keindividualitasannya.
Adapun hubungannya
dengan manusia sebagai mahluk sosial adalah bahwa dalam mengembangkan
potensi-potesinya ini tidak akan terjadi secara alamiah dengan sendirinya,
tetapi membutuhkan bantuan dan bimbingan manusia lain. Selain itu, dalam
kenyataannya, tidak ada manusia yang mampu hidup tanpa adanya bantuan orang
lain. Hal ini menunjukan bahwa manusia hidup saling ketergantungan dan saling
membutuhkan antara satu dengan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dari kedua hal
diatas, manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial memiliki fungsi
masing-masing dalam menjalankan peranannya dalam kehidupan. Sebagai makhluk
individu manusia merupakan bagian dan unit terkecil dari kehidupan sosial
atau masyarakat dan sebaliknya sebagai makhluk sosial yang membentuk suatu
kehidupan masyarakat, manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Dalam
menjalankan peranannya masing-masing dari kedua hal tersebut secara seimbang,
maka setiap individu harus mengetahui dari peranannya masing-masing tersebut.
Untuk itu, perlu kiranya penulis menulis sebuah makalah yang mengemukakan
manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Semoga dengan adanya makalah
ini dapat menginspirasi pembaca.
2.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan manusia
sebagai makhluk individu dan sosial?
2.
Bagaimana interaksi sosial dan
sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
?
3.
Bagaimana dilema antara
kepentingan individu dan kepentingan sosial?
4.
Bagaimana alternatif pemecahan
masalah antara kepentingan individu dan sosial ?
2.3
Tujuan
1.
Mengetahui peran manusia sebagai
makhluk individu dan sosial.
2.
Mengetahui interaksi sosial dan sosialisasi dalam kehidupan manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial.
3.
Mengetahui dilema antara
kepentingan individu dan kepentingan sosial.
4.
Mengetahui alternatif pemecahan masalah antara kepentingan individu dan
sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial
Manusia adalah
makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai
apa yang diinginkan dengan dirinya sendiri. Karena manusia menjalankan
peranannya dengan menggunakan simbol untuk mengkomunikasikan pemikiran dan
perasaanya. Manusia tidak dapat menyadari individualitas, kecuali melalui
medium kehidupan sosial.
Esensi manusia
sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status
dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta bagaimana tanggungjawab dan
kewajibannya di dalam kebersamaan.
a.
Manusia Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided.
Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung
pengertian tidak, sedangkan devided artinya
terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatuan. Dalam bahasa
latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang
tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan
suatu kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.
Manusia sebagai makhluk individu
memiliki unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.
Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut
menyatu dalam dirinya. Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka
seseorang tidak disebut sebagai individu. Dalam diri individi ada unsur jasmani
dan rohaninya, atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan
jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan
dan ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang sama persis. Dari sekian
banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Seorang
individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip
adalah faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan,
dibawa individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau
karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip).
Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang
khas dari seseorang. Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan
lingkungan sosial. Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya. Lingkungan
sosial, merujuk pada lingkungan di mana eorang individu melakukan interaksi
sosial. Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman,
dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari
seeorang dapat kita sebut dengan kepribadian. Setiap orang memiliki kepribadian
yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan genotip)dan faktor
lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Menurut Nursid Sumaatmadja
(2000), kepribadian adalah keseluruhan perilaku individu yang merupakan hasil
interaksi antara potensi-potensi bio-psiko-fiskal (fisik dan psikis) yang
terbawa sejak lahir dengan rangkaian situasi lingkungan, yang terungkap pada
tindakan dan perbuatan serta reaksi mental psikologisnya, jika mendapat
rangsangan dari lingkungan. Dia menyimpulkan bahwa faktor lingkungan (fenotip)
ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang khas dari seeorang.
b. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya manusia selain
sebagai makhluk individu, mereka juga merupakan makhluk sosial. Adapun yang
dimaksud dengan Istilah sosial adalah ”Sosial” berasal dari akar kata bahasa
Latin Socius, yang artinya berkawan atau masyarakat. Sosial memiliki arti umum
yaitu kemasyarakatan dan dalam arti sempit mendahulukan kepentingan bersama
atau masyarakat. Adapun dalam hal ini yang dimaksud manusia sebagai makhluk
sosial adalah makhluk yang hidup bermasyarakat, dan pada dasarnya setiap hidup
individu tidak dapat lepas dari manusia lain. Dalam hubungannya dengan manusia
sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya.
Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya.Seperti kita ketahui bahwa sejak bayi lahir
sampa iusia tertentu manusia adalah mahkluk yang tidak berdaya, tanpa bantuan
orang orang disekitar iatidak dapat berbuat apa-apa dan untuk segala
kebutuhan hidup bayi sangat tergantung pada luar dirinya sepert iorang tuanya
khususnya ibunya. Bagisi bayi keluarga merupakan segitiga abadi yang menjadi
kelompok sosial pertama dikenalnya. Pada perjalanan hidup yang
selanjutnya keluarga akan tetap menjadi kelompok pertama tempat meletakan
dasakepribadian dan proses pendewasaan yang didalamnya selalu terjadi
“sosialisi” untuk menjadi manusia yang mengetahui pengetahuan dasar,
nilai-nilai, normasosial dan etika-etika pergaulan.
Manusia dapat di katakan makluk
sosial karena pada dirinya terdapat dorongan untuk berhubungan atau
berinteraksi dengan orang lain, dimana terdapat kebutuhan untuk mencari
berteman dengan orang lain yang sering di dasari atas kesamaan ciri atau
kepentingan masing-masing. Manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia
lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Makhluk sosial
adalah makluk yang terdapat dalam beragam aktivitas dan lingkungan sosial.
2.2 Interaksi Sosial dan
Sosialisasi dalam Kehidupan Manusia sebagai Makhluk individu
dan Makhluk Sosial
Manusia sebagai
mahkluk sosial dalam kehidupan sehari-harinya pasti membutuhkan orang lain. Proses
interaksi dan sosialisasi selalu terjadi kapan dan dimanapun manusia itu
berada. Dalam hal ini bentuk interaksi sosial sangat bermacam-macam.Pola
sosialisasi pun ada bermacam-macam.Untuk lebih jelasnya uraian mengenai
interaksi sosial dan sosialisasi adalah sebagai berikut.
a. Interaksi Sosial.
Manusia dikenal
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Dikatakan makhluk sosial karena
manusia sebagai individu saling membutuhkan dan saling berinteraksi dengan
manusia atau individu lainnya. Oleh sebab itu manusia sebagai makhluk sosial
sangat membutuhkan orang lain pada hidupnya untuk saling memberi, menolong, dan
melengkapi satu sama lain.
Adapun pengertian
interaksi sosial menurut Effendi (2010:46) adalah kata interaksi berasal dari
kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling
mempengaruhi antar individu, kelompok social, dan masyarakat. Dalam hal ini
berarti bahwa manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari hubungan
dengan manusia lainnya.Interaksi juga berarti bahwa setiap manusia saling
berkomunikasi dan mempengaruhi bisa dalam pikiran maupun tindakan.
Menurut Gillin dan
Gillin (Effendi, 2010:46) menyatakan bahwa interaksi sosia adalah
hubungan-hubungan antara orang-orang secara individu, antar kelompok, orang,
dan orang perorangan dengan kelompok.Dalam hal ini interaksisosial bisa
dilakukan oleh orang perorangan, bisa oleh kelompok, juga bisa perorangan
dengan kelompok.
Interaksi sosial
dimulai dari hal yang terkecil yaitu saling menegur, menyapa, berjabat tangan,
saling berbicara dan lain-lain. Bahkan dalam pertengkaran atau perkelahianpun
termasuk interaksi sosial.
Faktor yang pertama
adalah imitasi, imitasi merupakan proses peniruan. Kita sebagai makhluk sosial
selalu membutuhkan orang lain termasuk dalam hal meniru perilaku orang lain
yang positif bagi kita. Peniruan sudah dilakukan pada rentan anak usia dini.
Anak usia dini merupakan peniru yang ulung, maka dari itu sikap dan perilaku
setiap orang dewasa perlu dijaga dan diperhatikan agar peniruan yang dilakukan
anak usia dini bersifat positif. Pada proses peniruan ini mudah berubah-ubah
karena perkembangan teknologi didunia ini berlangsung secara global dan sangat
cepat.
Yang kedua yaitu
Sugesti, sugesti adalah suatu proses dimana seorang individu menerima pendapat
atau pandangan dari orang lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Sugesti
merupakan pengaruh psikis yang datang dari dirinya sendiri maupun orang lain.
Orang akan mudah menerima sugesti dari orang lain ketika seseorang sedang ada
pada kondisi yang dilematis. Dalam hubungan interaksi sosial, arti Imitasi dan
sugesti hampir sama perbedaannya adalah dalm imitasi seseorang mengikuti atau
meniru orang lain, sedangkan pada sugesti seseorang memberikan pandangan atau
pendapat menurut dirinya dan diterima oleh orang lain.
Yang ketiga yaitu
Identifikasi, dalam psikologis identifikasi berarti dorongan untuk menjadi
identik atau dorongan untuk menjadi sama dengan orang lain, baik secara lahir
maupun batin.
Faktor yang keempat
yaitu simpati, simpati yaitu perasaaan yang timbul pada orang lain atas dasar
penilaian menurut perasaan didalam dirinya.
b. Bentuk Interaksi
Sosial
Ada beberapa bentuk interaksi
sosial yaitu:
·
Kerjasama (cooperation),
·
Persaingan (competition), dan
·
Pertentangan (conflict).
Menurut Gillin dan Gillin bentuk kerjasama dibagi dalam dua proses yang
didalamnya terdapat bentuk bentuk khusus. Yang pertama yaitu proses Asosiatif
terdiri dari 2 bentuk khusus yaitu akomodasi dan asimilasi. Yang kedua yaitu
proses Disosiatif, disosiatif terdiri dari tiga bentuk khusus yaitu Persaingan
(competition), Kontravnersi (contravention), dan Pertentangan (conflict).
1. Bentuk Interaksi Asosiatif
a.
Kerjasama (cooperation)
Kerjasama merupakan salah satu
bentuk interaksi sosial yang sering terjadi dimasyarakat pada umumnya.
Kerjasama menggambarkan sebagian besar bentuk interaksi sosial. Dan setiap
bentuk interaksi sosial dapat ditemukan pada setiap kelompok manusia. Kerjasama
timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya atau kelompok yang
lainnya. Ada tiga bentuk kerjasama yang biasa dilaksanakan yaitu:
Ø
Bargaining, yaitu pelaksanaan
kerjasama atau perjanjian antara dua organisasi atau lebih mengenai pertukaran
barang dan jasa.
Ø
Cooperation, yaitu penerimaan
unsur baru dalam kepemimpinan atau dalam pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari kegoncangan dalam
stabilitas organisasi tersebut.
Ø
Coalition, yaitu kombinasi antar
dua organisasi atau lebih yang mempunyai pandangan dan tujuan yang sama.
b.
Akomodasi (accomodation)
Dalam interaksi sosial, istilah
akomodasi berarti suatu kenyataan adanya keseimbangan dalam interaksi orang
perorangan dan kelompok manusia sehubungan dengan nilai dan norma yang berlaku
dimasyarakat. Ada beberapa bentuk akomodasi, diantaranya:
Ø
Coertion adalah bentuk akomodasi
yang prosesnya dilaksanakan karena adanya suatu paksaan.
Ø
Compromise adalah salah satu
bentukakomodasi dimana pihak yang terlibat perselisihan mengurangi tuntutannya
agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan tersebut.
Ø
Arbitration adalah suatu cara
untuk mencapai compromise apabila pihak yang berselisih tidak sanggup untuk
mencapainya sendiri.
Ø
Mediation cara untuk mencapai
penyelesaina dalam perselisihan dengan cara menghadirkan orang ketiga yang
netral dalam soal perselisihan yang ada.
Ø
Concilitation adalah usaha untuk
mengabulkan atau mempertemukan keinginan pihak yang berselisih agar tercapainya
suatu persetujuan bersama.
Ø
Tolerantion adalah bentuk
akomodasi tanpa persetujuan yang formal. Contohnya toleransi dalam beribadah.
Ø
Stelemate adalah suatu akomodasi
dimana pihak pihak yang berkepentingan mempunyai yang seimbang, berhenti pada
titik tertentu dalam melakukan pertentangannya.
Ø
Adjudication adalah perselisihan
perkara atau sengketa dipengadilan.
2. Bentuk Interaksi Disosiatif
a.
Persaingan (competition)
Persaingan merupakan bentuk
interaksi sosial yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memperoleh
keuntungan tertentu baik bagi dirinya maupun kelompoknya dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan.
b.
Kontravensi (contravention)
Kontraversi adalah rperasaaan
yang menggejolak yang ada pada diri seseorang yag ditandai oleh adanya
ketidakpastian dalam diri seseorang, perasaan tidak suka yang disembunyikan dan
kebencian terhadap orang lain. Tapi gejala-gejala tersebut tidak sampai
menimbulkan pertentangan atau pertikaian.
c.
Pertentangan (conflict)
Pertentangan merupakan suatu
bentuk interaksi individu atau kelompok sosial yang berusaha utuk mencapai
tujuannya dengan cara menentang pihak yang lain atau pihak yang menghalangi
dengan ancaman atau tindak kekerasan.
d.
Sosialisasi
Sosialisasi sangat erat kaitannya
terhadap manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial kita harus
senantiasa hidup bersosial dengan orang lain agar dapat saling membantu,
melengkapi, dan mencapai tujuan hidup kita. Menurut Berger (Effendi, 2010:49)
mendefinisika sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a
participant member of society” yaitu suatu proses dimana seorang anak belajar
menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Dalam hal ini
jelas dikatakan bahwa proses sosialisasi dimulai dari sejak anak usia dini
hingga usia seseorang berakhir. Proses sosialisasi terus dilakukan selama kita
masih hidup dan masih membutuhkan orang lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sosialisasi adalah proses dimana seseorang dapat berinteraksi dan
berpartisipasi dengan masyarakat yang ada disekitarnya.
Setiap makhluk hidup pasti sangat
membutuhkan proses sosialisasi, baik itu dimulai dari anak usia dini sampai
dewasa bahkan sosialisasi berjalan seumur hidup.apa yang terjadi jika sejak
usia dini anak tidak mengalami sosialisasi ? pasti anak tidak akan menjadi
manusia seutuhnya, karenan kemampuan seseorang untuk berperan sebagai anggota
masyarakat sangat tergantung pada proses sosialisasi. Ketika seseorang tidak
mengalami sosialisasi maka yang terjadi adalah orang itu tidak dapat
berinteraksi dengan orang lain. Contohnya banyak ditemuakan anak anak yang
terlantar dihutan dan dibesarkan oleh hewan atau yang disekap oleh orang tuanya
sejak kecil. Mereka tidak bisa bersosialisasi dengan baik. Mereka cenderung
bagaimana berprilaku seperti hewan, mereka tidak dapat berbicara, tidak dapat
berpakaian bahkan tidak dapat tertawa atau menangis. Ketika anak-anak itu
diselamatkan dan diberi terapi seperti manusia umumnya, mereka mungkin bisa
menerima sedikit demi sedikit perubahan pada diri mereka untuk menjadi manusia
seutuhnya namun kemampuan mereka tidak akan mampu menyamai kemampuan anak lain
yang sebaya dengannya, karena kemampuan kemampuan tertentu hanya dapat
diajarkan pada periode tertentu dikehidupan anak. Bila proses sosialisasinya
terlambat, maka proses tersebut tidak akan berhasil atau hanya berhasil untuk
sebagian kecil saja. Mereka juga tidak akan menjadi manusia seutuhnya karena
mereka tidak pernah tersosialisasi secara wajar dan mereka cenderung meninggal
dengan usia muda.
Sosialisasi dilakukan oleh semua
individu yang bersosial. Ada beberapa pihak yang membantu melaksanakan
sosialisasi yaitu keluarga, kelompok bermain media massa dan sistem pendidikan.
Peran agen utama yaitu orangtua merupakan peran penting bagi anak untuk
bersosialisasi. Orang tua merupaka awal dimana kita melakukan interaksi dengan
dunia pertama kita. Keluarga merupakan pendidik yang pertama dan yang paling
utama dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak begitupun dengan perkembangan
sosialisasi mereka. Maka orang tua hendaknya mengoptimalkan proses sosialisasi
pertama untuk anak. Kelompok bermain juga tidak kalah pentingnya dengan orang
tua. Melalui kelompok bermain anak mulai bisa belajar bersosialisasi secara
umum. Bagaimana ia berinteraksi dengan teman sebayanya, bagaimana ia
menyelesaikan suatu permasalahan dalam berinteraksi dengan temannya dan juga
bagaimana ia bisa memilih teman yang sejalan dengannya. Agen yang ketiga yaitu
media massa. Media masa sangat erat kaitannya dengan teknologi yang makin maju
dan berkembang. Media masa pun sangat penting untuk sosialisasi dengan hal-hal
yang terjadi disekitar kita.
Ø
Bentuk-bentuk sosialisasi
sosialisasi merupakan salah satu
bentuk manusia dalam mempertahankan interaksi dengan lingkungannya. Proses ini
berlangsung sepanjang hidup manusia. Bentuk sosialisasi dibedakan menjadi dua
yaitu sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer adalah sosialisasi
pertama yang dilakukan oleh seluruh individu sejak ia kecil. Sosialisasi primer
tidak ada proses identifikasi dan pada masa inilah dumia pertama anak
terbentuk. Sosialisasi primer berakhir ketika konsep tentang orang lain pada
umumnya telah terbentuk dan tertanam dalam kesadaran individu. Pada titik ini
ia merupakan anggaota efektif masyarakat.
Ø
Pola sosialisasi
Pada dasarnya ada dua pola
sosialisasi, yaitu pola represi (kekerasan/hukuman) dan pola partisipasi.
Sosialisasi menggunakan pola represi menekankan pada penggunaan hukuman atau
kekerasan apabila terdapat dan melakukan kesalahan. Adapun ciri-ciri lain dalam
penggunaan proses represi yaitu penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan,
penekanan terhadap orang tua, penekanan terhadap komunikasi satu arah non
verbal dan berisi perintah, sosialisasi terhadap orang tua dan keinginan
orangtua dan lain-lain.
Sosialisasi secara partisipasi
merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan ketika ia berlaku baik ,
hukuman dan imbalan berupa simbol, anak diberi kebebasan, komunikasi bersifat
lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, kebutuhan dianggap sangat penting dan
lain sebagainya.
2.3 Dilema antara Kepentingan Individu dan Kepentingan Sosial
Manusia sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu
ke pentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau
golongan dan kepentingan masyarakat yang termasukke pentingan rakyat . Dalam
diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat
satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika kepentingan
individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan
masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah
kemasyarakatan contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau
dilema manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat.Persoalan pengutamaan kepentingan individu atau
masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang berkembang menjadi paham/aliran
bahkan ideologi yang dipegang oleh suatu kelompok masyarakat. Adapun
Ariska mengemukakan dua pandangan yaitu pandangan individualisme dan pandangan
sosialisme. Untuk mengetahui lebih lanjut, berikut kami sajikan uraian berikut.
a. Pandangan Individualisme
Individualisme
berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu
yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk pribadi yang utuh dan
lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan individualisme berpendapat
bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan. Yang menjadi sentral
individualisme adalah kebebasan seorang individu untuk merealisasikan dirinya.
Paham individualisme menghasilkan ideologi liberalisme. Paham ini bisa disebut
juga ideologi individualisme liberal.
Paham individualisme
liberal muncul di Eropa Barat (bersama paham sosialisme) pada abad ke 18-19.
Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John
Locke, Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi
liberalisme adalah sebagai berikut:
a.
Penjaminan hak milik perorangan.
Menurut paham ini, pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku
hak milik berfungsi sosial, Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu
yang bersangkutan.
b.
Pemberian kebebasan penuh pada
individu. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.Kebebasan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika
kebebasan antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu
tersebut bisa diatur melalui penerapan hukum. Jadi, negara yang menjamin
keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka mengelola kebebasan
agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.
b. Pandangan Sosialisme
Paham sosialisme
ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan Proudhon.
Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis,
hak-hak individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena
keanggotaannya dalam suatu komunitas atau kelompok.
Sosialisme adalah
paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan
sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi.
Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan
terutama yang tersisih oleh system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan,
dan kesejahteraan. Untuk meraih hal tersebut, sosialisme berpandangan bahwa
hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka kepentingan masyarakat yang
lebih luas. Dalam sosialisme yang radikal/ekstem (marxisme/komunisme) cara
untuk meraih hal itu adalah dengan menghilangkan hak pemilikan dan penguasaan
alat-alat produksi oleh perorangan. Paham marxisme/komunisme dipelopori
oleh Karl Marx (1818-1883).
Paham individualisme liberal
dan sosialisme saling bertolak belakang dalam memandang hakikat manusia. Dalam
Declaration of Independent Amerika Serikat 1776, orientasinya lebih ditekankan
pada hakikat manusia sebagai makhluk individu yang bebas merdeka, manusia
adalah pribadi yang memiliki harkat dan martabat yang luhur. Sedangkan dalam
Manifesto Komunisme Karl Marx dan Engels, orientasinya sangat menekankan pada
hakikat manusia sebagai makhluk sosial semata. Menurut paham ini manusia
sebagai makhluk pribadi yang tidak dihargai. Pribadi dikorbankan untuk
kepentingan negara.
Dari kedua paham
tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme liberal dapat
menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi,
imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi
kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial.
Sosialisme dalam bentuk yang ekstrem, tidak menghargai manusia sebagai pribadi
sehingga bisa merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis mungkin terjadi
kemakmuran, tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin.
Negara indonesia yang
berfilsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi
sekaligus sosial secara seimbang. Menurut filsafat pancasila, manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial, yang secara hakikat bahwa kedudukan
manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Bangsa indonesia
memiliki prinsip penempatan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan
golongan. Demi kepentingan bersama tidak dengan mengorbankan hak-hak dasar
setiap warga negara.
2.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Setiap individu
hendaknya sadar bahwa mereka adalah sebagai makhluk individu dan makhluk
sosial, sehingga mereka mampu menghargai satu sama lain dalam arti tidak
mengambil hak orang lain ketika bertindak sebagai makhluk sosial dan
sebaliknya.
Dalam upaya
pendidikan hendaknya para pendidik harus menghormati keindividualitasan,
karakteristik, keunikan dan kepribadian anak. pendidikan tidak boleh memaksa
anak untuk mengikuti dan menuruti segala kehendaknya, karena dalam diri anak
ada suatu prinsip pembentukan dan pengembangan yang ditentukan oleh dirinya
sendiri.
Pembentukan proses
sosialisasi pada anak dalam interaksi sosial hendaknya harus didukung oleh
semua pihak. Keluarga, lingkungan masyarakat juga tenaga pendidik harus
membantu menstimulasinya.
Kesempatan
berinteraksi akan sangat dibutuhkan oleh anak dalam bersosialisasi dengan orang
lain. Hendaknya kita sebagai calon guru dan calon ibu harus sadar bahwa
pemberitahuan, pemberian contoh dan pembiasaan sangat penting dan dibutuhkan
dalam bersosialisasi dengan orang lain dimasyarakat.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Manusia sebagai mahluk individu artinya manusia merupakan satu kesatuan
antara jasmani dan rohani. Seseorang dikatakan sebagai individu apabila kedua
unsur tersebut menyatu dalam dirinya.
Selain sebagai makhluk individu
juga, manusia adalah makhluk sosial. Salah satunya dikarenakan pada diri
manusia ada dorongan untuk berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain yang
satu sama lain saling membutuhkan. Untuk menjadi pribadi yang bermakhluk sosial
setiap individu dihadapkan dengan sosialisasi, yaitu suatu proses dimana
seseorang belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
Adapun yang dimaksud masyarakat setempat atau komunitas berbeda dengan
masyarakat. Masyarakat sifatnya lebih umum dan lebih luas, sedang masyarakat
setempat lebih terbatas dan juga dibatasi oleh kawasan tertentu. Namun ditinjau
dari aktivitas hubungannya dan persatuannya lebih erat pada masyarakat setempat
dibandingkan dengan masyrakat.
Manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial selalu dihadapkan oleh
dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan sosial. Persoalan pengutamaan
kepentingan individu atau masyarakat ini memunculkan dua pandangan yang
berkembang yaitu pandangan individualisme dan pandangan sosialisme. Sebetulnya
kedua kepentingan tersebut tidak dapat dipisahkan dan bukanlah pilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar