MODUL II :
KOMUNIKASI
SUB MODUL :
KONSEP DASAR KOMUNIKASI
I.
Tujuan
·
Memperkenalkan
cara komunikasi yang efektif dalam kelompok
·
Bentuk
komunikasi : mengarahkanorang lain bisa mencapai tujuan
II.
Alat dan Bahan
1.
Pipa paralon ¾
dim ukuran 15 cm sebanyak 40 unit
2.
Penutup mata
III.
Prosedur
1.
1 kelompok
terdiri dari 5 – 7 orang
2.
Tegakkan pipa
paralon dengan susunan acak tapi memungkinkan orang bisa melewati tanpa
membuatnya terguling, tetapi jangan terlalu mudah (longgar)
3.
Pay out paralon
bebas dalam area persegi panjang 2x3 m
4.
Semua peserta
ditutup matanya kecuali 1 orang sebagai pemandu
5.
Semua peserta
bertugas melewati area tanpa menggulingkan paralon, jika paralon terguling
semua peserta mulai lagi dari awal.
6.
Pemandu memberi
instruksi (panduan) agar peserta tidak gagal
7.
1 peserta hanya
boleh 1 kali menjadi pemandu
IV.
Laporan
1.
Rangkumlah teori
tentang teknik komunikasi
2.
Bandingkan
dengan praktek yang telah dilakukandalam permainan diatas
A.
Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi
adalah suatu keterampilan yang dilakukan oleh komunikator dalam menyampaikan
pesan kepada komunikan. Banyak teori komunikasi yang dikemukakan para ahli
tentang strategi dan teknik komunikasi antara lain Halorl D. Lasswell, salah
seorang sarjana pada Yale University. Teori yang menyangkut strategi komunikasi
yang dikemukakan oleh Halorl D. Lasswell ialah menggambarkan komunikasi dalam
ungkapan “who, says what, in which channel, to whom, with what effect?”.[1][1] Atau dalam
bahasa Indonesia adalah, siapa, mengatakan apa, dengan medium apa, kepada siapa, dengan pengaruh apa?.
Dalam Konteks ini untuk pemantapan strategi komunikasi maka wajib diperhatikan
komponen yang merupakan jawaban atas pertanyaan dalam rumusan yang dituangkan
oleh Halorl D. Lasswell yaitu :
Komunikator adalah salah satu elemen komunikasi yang
menjadi bagian dari definisi komunikasi Laswell. Ketika komunikator
berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakana, tetapi juga
keadaan dia sendiri, kredibilitas seorang komunikator sangat menentukan.[2][2] Komunikator
merupakan orang yang menyampaikan pesan, pada dasarnya sangat menentukan
keberhasilan komunikasi. Hal ini menjadi sumber keberhasilan (source credibility) komunikator.
Komunikator yang kredibel adalah yang memiliki etos dalam dirinya yang
diformasikan menjadi itikad baik (good
intentions), kelayakan untuk dipercaya (trust
worthiness) serta kecakapan dan keahlian (competence or expertness) dalam bidangnya.
Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam strategi komunikasi peranan
komunikator sangat penting dan strategis, sebab ditangannya terletak
efektif-tidaknya pesan-pesan yang disampaikan. Sebagaimana yang dipahami bahwa
komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang dibuat dalam perencanaan dan strategi
dalam tugas dan fungsi komunikator. Seorang komunikator akan mampu untuk
melakukan perubahan sikap dan tingkah laku komunikan, yakni melalui mekanisme
daya tarik komunikator terhadap komunikan. Hal ini dapat dicapai, jika dirinya
mampu menjaga hubungan dan komunikasi yang baik dan insentif. Dengan kata lain
komunikan dan komunkator merasakan adanya kesamaan dalam ide, prinsip dan
padangan sehingga menimbulkan simpati komunikan pada komunikator.
Seorang
komunikator yang kredibel juga harus didukung dengan teknik komunikasi yang
handal. Karena teknik adalah keterampilan. Terampil dalam melakukan komunikasi
akan mendapatkan respon yang baik dari sasaran komunikasi. Menurut Onong
Uchyana Efendi teknik komunikasi terdiri atas:
1) . Komunikasi informatif (informatif communication)
Komunikasi
Informasi (Informatif communication)
adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah orang
tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik komunikasi ini berdampak
kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Seperti halnya dalam
penyampaian berita dalam media cetak maupun elektronik, pada teknik informatif
ini berlaku komunikasi satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat
umum, medianya menimbulkan keserempakan, serta komunikannya heterogen.
Biasanya
teknik informatif yang digunakan oleh
media bersifat asosiasi, yaitu dengan cara menumpangkan penyajian pesan pada
objek atau peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Kendatipun
demikian teknik informatif ini dapat pula berlaku pada seseorang, seperti
halnya kajian ilmu yang diberikan oleh ustadz kepada santri, namun bersifat
relatif, pasalnya pada kajian ilmu tertentu, sedikit banyak telah diketahui
oleh santri.
2) . Komunikasi persuasif (persuasif communication)
Keberhasilan komunikasi ditentukan
oleh kemampuan kita untuk mempersuasi orang lain sehingga apa yang diinginkan
dapat terjawab.[3][3] Salah satu
bentuk komunikasi paling mendasar adalah persuasi. Persuasi didefinisikan
sebagai perubahan sikap akibat paparan informasi dari orang lain.[4][4] Komunikasi
persuasif bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku komunikan
yang lebih menekan sisi psikologis komunikan. Penekanan ini dimaksudkan untuk
mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, tetapi persuasi dilakukan dengan
halus, yang mengandung sifat-sifat manusiawi sehingga mengakibatkan kesadaran
dan kerelaan yang disertai perasaan senang. Persuasi adalah upaya untuk
meyakinkan atau menanamkan pengaruh kepada orang lain dengan cara membujuk
sehingga orang lain itu bersedia menerima pesan dan melakukan tindakan seperti
yang dikehendaki.[5][5]
Komunikasi persuasif terdapat
unsur-unsur sebagai berikut: adanya bentuk/model, penguatan dan perubahan
tanggapan serta termasuk didalamnya adalah sikap, emosi, kehendak dan
perilaku. Komunikasi persuasif adalah
“suatu pesan yang disampaikan dengan menggunakan pendekatan pribadi, bersifat
ajakan dan tidak memaksa kepada orang lain sehingga komunikan (penerima pesan)
dengan penuh kesadaran memahami dan merubah sikap sesuai yang diharapkan
komunikator.” Komunikasi persuasif
menurut pengertian di atas memiliki indikator: memberi pesan: konstruktif
positif dan komunikatif, responsive, kritis, menghargai orang lain, menjalin
keakraban, meyakinkan orang lain.
Agar
komunikasi persuasif mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan
perencanaan yang matang dengan mempergunakan komponen-komponen ilmu komunikasi
yaitu komunikator, pesan, media, dan komunikan. Sehingga dapat terciptanya
pikiran, perasaan, dan hasil penginderaannya terorganisasi secara mantap dan
terpadu. biasanya teknik ini efektif, komunikan bukan hanya sekedar
tahu, tapi tergerak hatinya dan menimbulkan perasaan tertentu dan terpengaruh.
3) . Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coersive communication)
Komunikasi yang
bersifat koersif dapat berbentuk perintah, instruksi, dan bersifat memaksa
dengan menggunakan sanksi-sanksi. Teknik komunikasi berupa perintah, ancaman, sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang
yang dijadikan sasaran (komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya
teknik komunikasi seperti ini bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-
nakuti atau menggambarkan resiko yang buruk, serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interest atau muatan kepentingan untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik, perdebatan dengan menepis argumentasi yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang
lawan.[6][6] Bagi
seorang diplomat atau tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan
sangat penting untuk mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis.
Dalam
interaksi sosial manusia biasanya digunakan beberapa teknik pendekatan yaitu
pendekatan emosional (emosional approach)
dan pendekatan social budaya (sosio-cultur
approach). Pendekatan emosional. Dalam hubungan ini komunikator
mempertaruhkan kepercayaan komunikan terhadap fakta pesan yang disampaikan,
maka teknik ini berujung pay off atau
reward, yaitu bujukan atau rayuan dengan cara “mengiming-imingi” komunikan
dengan hal yang menguntungkan atau menjanjikan harapan. Pada umumnya emotional approach ini menggunakan
konseling sebagai senjata yang ampuh, baik secara langsung maupun tidak
langsung, hal ini bertujuan agar pesan bisa secara langsung menyentuh perasaan
komunikan.
Kemudian
pendekatan sosial budaya. Salah satu tujuan komunikasi adalah tersampaikannya
pesan dari komunikator kepada komunikan, maka dianjurkan bagi komunikator
terlebih dahulu memahami perilaku social serta budaya masyarakat setempat yang
akan menjadi komunikan. hal ini bertujuan agar komunikan, lebih memahami serta
tidak merasa tersinggung oleh pesan yang disampaikan oleh komunikator, selain
hal tersebut masyarakat yang menjadi komunikan tidak dapat terlepas dari
budaya.
B. ANALISA PERBANDINGAN ANTARA TERORI KOMUNIKASI DENGAN
PRAKTEK
Praktek
yang dilakukan merupakan permainan dimana 1 orang akan melewati suatu tempat
tanpa menggulingkan paralon dengan mata tertutup. Maka untuk pemain yang akan
melewati area itu harus mempunyai instruktor. Instruktor bertugas mengarahkan
pemain agar bisa melewati area tanpa merobohkan paralon yang terpasan. Dari
permainan itu maka dapat dianalisa perbandingannya antara teori dan praktek
yaitu.
1.
Komunikasi instruktif
Konsep teori
instruktif merupakan komunikasi yang berbentuk perintah atau insruksi. Dalam
permainan ini sang instruktor bertugas memerintah pemain agar dapat berhasil
melewati area tanpa menggulingkan paralon yang terpasang. Sang komunikator akan
menginstruksi dengan bahasa yang akan bisa dipahami oleh pemain. Bahasa yang
digunakan adalah bahasa yang nyaman dan mudah dipahami oleh kedua pihak. Dari
sini pemain akan lebih mudah memahami perintah yang instruktor berikan.
2.
Komunikasi persuasif
Persuasi
adalah upaya untuk meyakinkan atau menanamkan pengaruh kepada orang lain dengan
cara membujuk sehingga orang lain itu bersedia menerima pesan dan melakukan
tindakan seperti yang dikehendaki. Sehingga dipermainan ini instruktor akan
berkomunikasi secara persuasif agar pemain melakukan apa yang diperintahkan
oleh sang instruktor. Pemain harus selalu berkonsentrasi untuk memahami apa
yang diperintahkan oleh instruktor sehingga pemain tidak kehilangan fokus yang
mengakibatkan pemain mengalami salah instruksi.
3.
Komunikasi informasi
Komunikasi
Informasi adalah suatu pesan yang disampaikan kepada seseorang atau sejumlah
orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya. Teknik komunikasi ini berdampak
kognitif pasalnya komunikan hanya mengetahui saja. Komunikator akan memberikan
informasi kepada pemain dengan informasi yang mudah dipahami oleh pemain.
Informasi yang disampaikan bisa bersifat perntah dengan mengunakan bahasa yang
akan mudah dipahami oleh pemain. Informasi yang disampaikan juga harus jelas
dan efisien sehingga tidak menimbulkan banyak penafsiran dan salah fokus kepada
pemain.
C. KOMUNIKASI AGAR EFEKTIF
Dari praktek yang dilakukan oleh
kelompok C1 maka dapat disimpulkan bahwa agar komunikasi efektif yaitu:
1. Komunikator
menggunakan bahasa yang efektif dan efisien
2. Kominikator
tidak berkomunikasi secara lambat dan tidak jelas
3. Komunikan
harus fokus mendengarkan komunikator agar tidak salah instruksi
4. Menggunkan
bahasa yang mudah dipahami oleh komunikan
5. Menghindari
humor yang tidak diperlukan
6. Memahami
situasi dan kondisi saat berkomunikasi
[1][1]
Morissan, Andi Corry, Teori Komunikasi…,
hal. 17.
[2][2]
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,
Cet. 27, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 253.
[3][3] Alo
Liliweri, Komunikasi Serba Ada Serba
Makna…, hal. 131.
[4][4]
Warner J severin, James W Tankard, Jr, Teori
Komunikasi: Sejarah, Metode dan Terapan dalam Media Massa…, hal. 177.
[5][5]
Muhammad Shoelhi, Komunikasi
Interpersonal Persfektif Jurnalistik, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2009), h. 19.
[6][6] Onong Uchjana Effendy , Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003)